23 April 2013

JURNAL KEBIDANAN

Diposting oleh Unknown di 4/23/2013 08:03:00 AM 0 komentar

HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN IBU HAMIL TRIMESTER III YANG MENJALANKAN PROGRAM SENAM HAMIL DENGAN
LAMA PERSALINAN DI RS PANTI WILASA CITARUM
SEMARANG
Fitri Widyastuti. *)
Wagiyo **), Purnomo **)
*) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang,
**) Dosen Program Studi D3, D4 Ilmu Keperawatan Poltekes Semarang,
**) Dosen Program Studi D3,D4 Ilmu Keperawatan Poltekes Semaran.
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi dengan kurangnya minat ibu hamil yang mengikuti program senam hamil meskipun mereka tahu tentang manfaat senam hamil dalam proses persalinan dan kelahiran, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul hubungan tingkat kepatuhan ibu hamil trimester III yang menjalankan program senam hamil dengan lama persalinan. Penelitian ini merupakan penelitian crosectional untuk melihat adanya hubungan tingkat kepatuhan ibu hamil trimester III yang menjalankan program senam hamil dengan lama persalinan di RS. Panti Wilasa Citarum Semarang. Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester III yang menjalani program senam hamil di RS. Panti Wilasa Citarum Semarang, teknik sampling yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah sampel 30 orang. Metode pengambilan data dalam penelitian ini melalui studi dokumentasi. Uji analisis statistik yang digunakan adalah chi-square dengan hasil x2hitung (4,041) lebih besar dari x2tabel (3,841) artinya ada hubungan antara tingkat kepatuhan menjalankan program senam hamil selama trimester III dengan lama persalinan.
Kata Kunci : Senam Hamil dan Lama Persalinan

PENDAHULUAN
Kehamilan dan persalinan merupakan proses yang alamiah bagi seorang wanita, pada masa kehamilan tubuh akan banyak mengalami adaptasi fisiologi dan psikologi. Adaptasi fisiologi terdiri dari perubahan sistem reproduksi, perubahan sistem kardiovaskuler, perubahan sistem pernapasan, perubahan sistem gastrointestinal, perubahan sistem renal, perubahan sistem endokrin, perubahan dinding perut dan kulit, serta perubahan metabolik sedangkan perubahan psikologi terdiri dari stressor pada saat kehamilan dan perubahan psikologi kehamilan (Purwaningsih & Fatmawati, 2010, hlm.39).
Selama kehamilan upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan ibu harus diperhatikan, antara lain pentingnya pelaksanan senam hamil bagi ibu-ibu hamil, karena senam hamil selain dapat mengendurkan ketegangan dan perasaan cemas, senam hamil juga dapat mencegah terjadinya kelainan letak janin (Sholihan, 2008, hlm.118).
Senam hamil dapat dimulai dari umur kehamilan setelah 22 minggu (Kusmiyati, 2010, hlm.172). Wanita hamil yang menjalani olahraga secara teratur sesuai kebutuhannya selama kehamilan, proses persalinannya akan berjalan lancar dalam waktu yang relatif singkat. Selain itu akan jarang mengalami keluhan-keluhan yang biasa terjadi pada ibu hamil seperti sakit punggung (Murbikin, 2008, hlm.146).
Pada penelitian yang telah dilakukan tahun 1989 yang dimuat dalam American Journal of Obstetrics and Gynecology yang disebutkan pada penelitian Aisyah (2008) membuktikan bahwa ibu-ibu yang melakukan kegiatan senam hamil cukup sering dan teratur selama tiga bulan (trimester) terakhir mengalami persalinan yang tidak begitu terasa sakit dibandingkan dengan persalinan para ibu yang tidak melakukan senam hamil.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Gunadi, K (1992 dalam Kadarti, 2009) pada tanggal 1 Juli 1990–1 Juli 1991 menyimpulkan bahwa senam hamil menurunkan insidensi partus lama, mal presentasi, inertia uteri (stimulasi persalinan) dan partus tindakan. Tujuan senam hamil adalah membuat elastis otot dan ligamen yang ada di panggul, memperbaiki sikap tubuh, mengatur kontraksi dan relaksasi, serta mengatur teknik pernafasan sehingga otot-otot dapat berfungsi secara optimal untuk menjalani persalinan yang normal dengan lama persalinan yang normal pula (kurang dari 24jam).
Latihan senam hamil merupakan suatu yang masih baru dikalangan penduduk Indonesia. Bagi masyarakat kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya latihan senam hamil ini bukanlah suatu hal yang aneh, tetapi tidak berarti semuanya mengerti dan menyadari bahwa latihan senam hamil berguna bagi wanita hamil. Justru masyarakat kota yang telah modern dan maju inilah yang memerlukan latihan fisik, baik dalam keadaan normal maupun dalam keadaan hamil (Januarahmawati, 2008, ¶3).
Di Semarang khususnya di RS. Panti Wilasa Citarum telah diprogramkan latihan senam hamil dua kali dalam seminggu. Dari data yang di peroleh di RS. Panti Wilasa Citarum pada bulan Januari-Desember 2010 terdaftar sekitar 107 ibu hamil yang mengikuti program senam hamil. Dari data laporan persalinan bulan Januari-Juli 2011 terdapat 138 persalinan primigravida secara spontan dan cukup bulan dengan presentase 25,37 % ibu yang melahirkan dengan waktu yang lebih singkat karena mengikuti senam hamil.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa senam hamil sangat bermanfaat bagi ibu hamil. Namun pelaksaanaan senam hamil yang tidak teratur dapat mempengaruhi lamanya persalinan dan dapat juga berdampak buruk terhadap ibu dan janin. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan tujuan mengetahui adakah hubungan tingkat kepatuhan ibu hamil trimester III yang menjalankan program senam hamil dengan lama persalinan di RS. Panti Wilasa Citarum Semarang.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian crosectional yang tujuannya adalah untuk mencari adanya hubungan tingkat kepatuhan ibu hamil trimester III yang menjalankan program senam hamil dengan lama persalinan di RS. Panti Wilasa Citarum Semarang. Penelitian ini dilaksanakan tanggal 25 Oktober–24 Desember 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan di RS. Panti Wilasa Citarum, Semarang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang ibu primigravida yang melahirkan cukup bulan serta yang menjalankan program senam hamil selama trimester III. Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan total sampling.
Metode pengambilan data dalam penelitian ini melalui studi dokumentasi. Dalam melakukan pengumpulan data peneliti mendapatkan data primer dengan cara wawancara secara langsung kepada responden yang melahirkan di RS. Panti Wilasa Citarum Semarang. Sedangkan untuk mendapatkan data sekunder peneliti melakukan observasi yaitu dengan melihat data absensi program senam hamil untuk melihat tingkat kepatuhan menjalankan senam hamil serta melihat catatan hasil laporan persalinan untuk melihat lama persalinan responden. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah melalui tahapan editing, coding dan entry data. Setelah itu dilakukan proses analisis data secara univariat dan bivariat.
Pada analisis univariat akan menggambarkan mengenai karakteristik responden meliputi umur responden, umur kehamilan, tingkat kepatuhan menjalankan senam hamil dan lama persalinan yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Sedangkan pada analisis bivariat akan menggambarkan mengenai hubungan tingkat kepatuhan menjalankan senam hamil selama trimester III dengan lama persalinan di mana uji yang digunakan adalah uji chi-square.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Umur Responden
Tabel 1
Distribusi frekuensi umur responden di RS. Panti Wilasa Citarum Semarang pada tanggal 25 Oktober-24 Desember 2011 (n=30)
Responden (tahun)
Frekuensi
Presentase
20-22
23-25
26-28
29-31
9
7
10
4
30,0
23,3
33,3
13,4
Total
30
100,0
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah ibu-ibu yang berusia produktif yaitu antara umur 20-30 tahun. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pernyataan Hidayatullah (2010, ¶2), usia ideal wanita untuk hamil adalah 20-35 tahun, pada usia tersebut merupakan usia yang aman untuk melahirkan dan masa kesuburan sedang dalam kondisi puncak. Wanita yang usianya melebihi 35 tahun kesuburannya mulai turun sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Komplikasi selama kehamilan lebih sering terjadi ketika wanita mencapai umur ≥35 tahun.
Pernyataan teori tersebut diatas diperkuat hasil penelitian yang dilakukan oleh Daryono tentang gambaran karakteristik ibu hamil yang mengikuti senam hamil di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi dengan hasil penelitian dari 39 responden ibu hamil yang mengikuti program senam hamil di Puskesmas tersebut, pada kelompok umur 20-23 tahun sebanyak 31 orang (79,5%) dan pada kelompok umur >35 tahun 8 orang (20,5%).

2. Karakteristik Umur Kehamilan Responden
Tabel 2
Distribusi frekuensi umur kehamilan responden di RS. Panti Wilasa Citarum Semarang pada tanggal 25 Oktober-24 Desember 2011 (n=30)
Umur kehamilan (minggu)
Frekuensi
Presentase
37-39
40-42
20
10
66,7
33,3
Total
30
100,0

Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui bahwa umur kehamilan responden merupakan umur kehamilan yang normal yaitu antara 37-41 minggu. Menurut teori yang disebutkan bahwa umur kehamilan normal berkisar dalam rentang 37-41 minggu (Sumapraja,1993 dalam Maryunani, 2010, hlm.35), hal ini diperkuat oleh Bobak, Lowdermilk, dan Jensen (2004, hlm.77) bahwa kehamilan berlangsung selama kira-kira 10 bulan lunar, atau 9 bulan kalender, atau 40 minggu, atau 280 hari dan lama kehamilan dihitung dari hari pertama periode menstruasi terakhir (last menstrual period).
Persalinan yang umur kehamilannya belum mencapai 37 minggu disebut persalinan prematur sedangkan kehamilan yang lebih dari 42 minggu disebut kehamilan serotinus atau postmatur dan diakhiri dengan persalinan anjuran. Meskipun taksiran melahirkan dapat diramalkan berdasarkan hari pertama haid terakhir namun kenyataanya tidak lebih dari 10% wanita melahirkan pada tanggal yang telah ditetapkan (biasanya diperkirakan sekitar 40 minggu pada kehamilan). Sekitar 50% wanita melahirkan dalam waktu 1 minggu (sebelum dan sesudah), dan hampir 90% melahirkan dalam waktu 2 minggu pada tanggal yang telah ditetapkan (Utama, 2010, ¶2).
3. Distribusi Frekuensi Tingkat Kepatuhan Menjalankan Program Senam Hamil
Tabel 3
Distribusi frekuensi tingkat kepatuhan menjalankan senam hamil selama trimester III di RS. Panti Wilasa Citarum Semarang pada tanggal 25 Oktober-24 Desember 2011 (n=30)
Tingkat kepatuhan
Frekuensi
Presentase
Patuh
Tidak patuh
11
19
36,7
63,3
Total
30
100,0

Senam hamil merupakan suatu tindakan olah raga yang dilakukan oleh ibu hamil yang bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan calon bayi yang dikandungnya juga dapat membuat elastis otot-otot rahim, serviks dan otot-otot dasar panggul. Senam hamil akan sangat diperoleh manfaatnya jika dilakukan secara rutin yaitu minimal satu kali dalam seminggu yang dimulai saat umur kehamilan 24 minggu (Evariny, 2007, dalam Roosytasari, 2009).
Wanita hamil yang menjalani olahraga secara teratur sesuai kebutuhannya selama kehamilan, proses persalinannya akan berjalan lancar dalam waktu yang relatif singkat. Selain itu akan jarang mengalami keluhan-keluhan yang biasa terjadi pada ibu hamil seperti sakit punggung (Murbikin, 2008, hlm.146).
Teori tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Verawati (2003) dengan judul “hubungan senam hamil yang teratur dengan proses persalinan di Klinik Bidan Praktek Swasta, Yogyakarta” dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang melakukan senam hamil secara teratur proses persalinannya lebih banyak yang berlangsung secara normal, ada hubungan yang signifikan antara senam hamil teratur dengan proses persalinan.
4. Distribusi Frekuensi Lama Persalinan
Tabel 4
Distribusi frekuensi lama persalinan responden di RS. Panti Wilasa Citarum Semarang pada tanggal 25 Oktober-24 Desember 2011(n=30)
Lama persalinan
Frekuensi
Presentase
Normal
Lambat
12
18
40,0
60,0
Total
30
100,0

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan oleh Maryunani (2010, hlm.40) tanda-tanda persalinan akan segera berlangsung apabila terjadi: his persalinan yang sifatnya teratur; interval makin pendek dan kekuatannya makin besar, pengeluaran pembawa tanda yaitu lendir bercampur darah, pendataran dan pembukaan (dilatasi) dari servik uteri, serta pengeluaran cairan ketuban. Pecahnya ketuban menandakan persalinan akan segera dimulai.
Tahap-tahap persalinan menurut Bobak, Lowdermilk, Jensen (2004) ada 4 tahap yaitu kala I berlangsung sejak terjadi kontraksi uterus yang teratur sampai dilatasi serviks lengkap, kala II berlangsung sejak dilatasi serviks lengkap sampai janin lahir, kala III berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta lahir, dan kala IV merupakan periode observasi pasca persalinan yang ditetapkan berlangsung kira-kira 2 jam setelah plasenta lahir.
Teori yang disebutkan oleh Sumapraja (1993, dalam Maryunani, 2010, hlm.35), menyatakan bahwa persalinan normal adalah proses kelahiran janin pada usia cukup bulan (aterm), pada letak memanjang dan presentasi kepala, yang disusul dengan pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran selesai dalam waktu kurang dari 24 jam. Ada banyak faktor yang mempengaruhi lamanya persalinan antara lain adalah 5P (Passenger, Passage, Power, Possition, dan Psychologis respons).
Teori tersebut diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Usman (2009) di RS. Panti Wilasa Citarum Semarang pada bulan Januari-Maret 2009 tentang hubungan senam hamil dengan power ibu pada proses persalinan kala II. Dengan hasil penelitian dari 326 persalinan, terdapat 186 persalinan secara abnormal dan hanya 140 persalinan normal.
5. Hubungan Tingkat Kepatuhan Menjalankan Program Senam Hamil Dengan Lama Persalinan.
Tabel 5
Hubungan tingkat kepatuhan menjalankan program senam hamil dengan lama persalinan di RS. Panti Wilasa Citarum Semarang pada tanggal 25 Oktober-24 Desember 2011 (n=30)
Tingkat kepatu-han
Nor-mal
Lam-bat
Total
x2 hi-tung
Patuh
7
63,6%
4
36,4%
11
100%


4,041
Tidak patuh
5
26,3%
14
73,7%
19
100%
Jumlah
12
40,0%
18
60,0%
30
100%

Di dalam konsep senam hamil yang dikemukakan oleh Hilal (2009) dijelaskan bahwa senam hamil dilakukan untuk mempersiapkan fisik ibu dalam proses persalinan dan kelahiran. Melalui latihan senam hamil diharapkan persalinan dapat berjalan secara normal, dapat mengurangi rasa sakit dan ibu tidak merasa takut serta mempunyai kepercayaan diri yang mantap saat menjalani proses persalinan dan kelahiran.
Teori tersebut diperkuat oleh teori yang dijelaskan oleh Evariny (2007, ¶4), manfaat lain dari pelaksanaan senam hamil adalah melatih pernafasan agar ibu dapat bernafas dengan baik sehingga dapat memberi oksigen yang cukup bagi bayi yang dikandungnya. Latihan pernapasan ini sangat bermanfaat bagi ibu agar siap menghadapi persalinan dan memudahkan proses persalinan normal karena ibu sudah dapat melakukan pernapasan untuk mengejan dengan baik.
Teori tersebut diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Hilal (2009) di Klinik Bidan Praktek Yogyakarta tentang pengaruh senam hamil terhadap lamanya proses persalinan yang menyimpulkan bahwa ada pengaruh antara senam hamil terhadap lamanya proses persalinan. Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa senam hamil yang dilakukan secara teratur digunakan untuk mempersiapkan fisik ibu dalam proses kehamilan dan persalinan.
Penelitian yang telah dilakuka oleh Gunadi, K (1992 dalam Kadarti, 2009) pada tanggal 1 Juli 1990–1 Juli 1991 menyimpulkan bahwa senam hamil menurunkan insidensi partus lama, mal presentasi, inertia uteri (stimulasi persalinan) dan partus tindakan. Tujuan senam hamil adalah membuat elastis otot dan ligamen yang ada di panggul, memperbaiki sikap tubuh, mengatur kontraksi dan relaksasi, serta mengatur teknik pernafasan sehingga otot-otot dapat berfungsi secara optimal untuk menjalani persalinan yang normal dengan lama persalinan yang normal pula (kurang dari 24jam).

SIMPULAN
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut : gambaran tingkat kepatuhan ibu yang menjalankan program senam hamil adalah sebagian besar ibu tidak patuh yaitu sebanyak 63,3%, pengukuran lama persalinan mulai dari timbulnya tanda-tanda pasti persalinan sampai akhir kala III ada 60.0% ibu yang menjalani persalinan lambat (lebih dari 24 jam), ibu bersalin yang patuh menjalankan program senam hamil dengan lama persalinan yang normal ada 63,6% sedangkan ibu yang tidak patuh menjalankan senam hamil dengan lama persalinan yang lambat ada 26,3%. Hasil uji statistik diperoleh x2hitung lebih besar dari x2tabel maka terdapat hubungan antara tingkat kepatuhan ibu hamil trimester III yang menjalankan program senam hamil dengan lama persalinan di RS. Panti Wilasa Citarum Semarang.

SARAN
Setelah peneliti menyimpulkan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi masyarakat
Bagi masyarakat khususnya ibu hamil disarankan agar rutin menjalankan senam hamil supaya saat persalinan tiba dapat berjalan lancar dengan waktu persalinan yang normal yaitu kurang dari 24 jam.
2. Bagi pelayanan kesehatan
Mengingat banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan senam hamil maka sebaiknya pelayanan kesehatan menyediakan sarana untuk melatih dan mengajarkan senam hamil bagi ibu-ibu hamil.
3. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Bagi Institusi Pendidikan khususnya bidang Keperawatan materi tentang senam hamil sangat dianjurkan untuk dijadikan materi pembelajaran supaya para mahasiswa dapat memperkenalkan lebih dalam lagi tentang manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan senam hamil kepada ibu-ibu hamil melalui pendidikan kesehatan misalnya.
4. Bagi peneliti dan perkembangan ilmu keperawatan
Untuk penelitian selanjutnya diusulkan untuk merencanakan pengambilan sampel lebih banyak dengan waktu penelitian yang lebih lama agar lebih mewakili jumlah populasi penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Siti. (2008). Gambaran pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap senam hamil di Puskesmas Rawasari Kota Jambi tahun 2008. 8(2).69.
Bobak; Lowdermilk; Jensen. (2004). Buku ajar keperawatan maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC.
Daryono. (2008). Gambaran karakteristik ibu hamil yang mengikuti senam hamil di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2008. file:///jurnal-senam-hamil/gamb-karakteristik-bumil-di-puskesmas-jambi.htm/ diperoleh tanggal 2 Februari 2012.
Evariny. (2007). Manfaat senam hamil bagi ibu hamil. http://manfaat-senam-hamil.com/ diperoleh tanggal 16 Februari 2012.
Hidayatullah, Sony. (2010). Umur ideal bagi para wanita untuk hamil. http://www.umur-ideal-bagi-para-wanita-untuk-hamil.com/ diperoleh tanggal 4 Januari 2012.
Hilal, Yus Susahana. (2009). Pengaruh senam hamil terhadap lamanya proses persalinan di Klinik Bidan Praktek Yogyakarta. file:///D:/PENGARUH-SENAM-HAMIL-TERHADAP-LAMANYA-PROSES-PERSALINAN-DI-KLINIK-BIDAN-PRAKTEK-YOGYAKARTA.htm/ diperoleh tanggal 4 Januari 2012.
Januarahmawati, david. (2008). Hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan sikap ibu tentang senam hamil di RSU Islam Kustati Surakarta. http://etd.eprints.ums.ac.id/893/ diperoleh 18 April 2011.
Kadarti, Sri Isnin. (2009). Hubungan senam hamil terhadap kelahiran bayi spontan. www.UMS.com/ diperoleh tanggal 4 Januari 2012.
Kusmiyati, Yuni. (2010). Penuntun praktikum asuhan kehamilan. Yogyakarta: Fitramaya.
Maryunani, Anik. (2010). Nyeri dalam persalinan “Teknik dan cara penanganannya”. Jakarta: TIM (Trans Info Media).
Murbikin, Imam. (2008). Panduan bagi ibu hamil dan melahirkan. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Purwanigsih, Wahyu., & Fatmawati, Siti. (2010). Asuhan keperawatan maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Roosytari, Locana. (2009). Hubungan antara senam hamil dengan proses persalinan normal di Rumah Bersalin As Syifa’ul Ummah Grobogan. www.UMS.com/ diperoleh tanggal 4 Januari 2012.
Saminem. (2009). Seri asuhan kebidanan kehamilan normal. Jakarta: EGC.
Sholihan, Lutfiatus. (2008). Panduan lengkap hamil sehat. Yogyakarta: DIVA Press.
Utama, Bobby Indra. (2010). Masalah waktu persalinan. http://www.medicastore.com/
8
Masalah Waktu Persalinan/ diperoleh tanggal 2 Februari 2012.
Usman, Yerniah Iswanti. (2009). Hubungan senam hamil dengan power ibu pada proses persalinan kala II di RS. Panti Wilasa Citarum Semarang. file:///D:/index.php.htm/ diperoleh tanggal 4 Februari 2012.
Verawati. (2003). Hubungan senam hamil yang teratur dengan proses persalinan di Klinik Bidan Praktek Swasta di Yogyakarta. file:///pengaruh–senam-hamil-terhadap-lamanya-proses-persalinan-di-klinik-bidan-praktek-swasta-di-yogyakarta.htm/ diperoleh tanggal 4 Februari 2012.
9

09 April 2013

Fotosintesis

Diposting oleh Unknown di 4/09/2013 06:57:00 AM 0 komentar
A.    Sejarah Penemuan Proses Fotosintesis
Orang yang pertama kali menemukan fotosintesis adalah Ingenhousz pada tahun 1779. Percobaan yang dilakukan adalah dengan cara memasukkan tanaman air Hydrilla verticillata ke dalam bejana berisi air. Bejana tersebut ditutup dengan corong terbalik dan di atasnya diberi tabung reaksi yang juga penuh terisi air. Rangkaian percobaan tersebut selanjutnya didedahkan ditempat yang mendapat cahaya matahari. Setelah beberapa saat dari tanaman percobaan tersebut muncul gelembung-gelembung udara  yang tertampung pada dasar tabung reaksi yang posisinya terbalik. Dari percobaan yang dilakukan Ingenhousz menyimpulkan, bahwa fotosintesis menghasilkan O2.
Pada tahun 1822 Engelmann melakukan percobaan menggunakan Spirogyra, suatu alga yang mempunyai kloroplas berbentuk spiral dan berukuran cukup besar, sehingga mudah diamati. Dari percobaan yang dilakukan diketahui, bahwa O2 hanya dikeluarkan oleh kloroplas yang terkena sinar, sedangkan yang tidak terkena sinar tidak mengeluarkan O2. Kesimpulan dari percobaan Engelmann adalah: 1) fotosintesis dilakukan oleh kloroplas dan 2) kloroplas berfotosintesis hanya jika terkena cahaya.

Peneliti selanjutnya yang mengungkap fenomena fotosintesis adalah Sach, yang pada tahun 1860 membuktikan bahwa proses fotosintesis menghasilkan amilum. Percobaan dilakukan dengan cara membungkus sebagian daun dengan kertas timah dan dibiarkan terkena cahaya matahari. Pada sore hari daun tersebut dipetik kemudian direbus untuk mematikan sel-selnya. Selanjutnya direndam dalam alkohol untuk melarutkan klorofil yang ada, lalu ditetesi dengan larutan yodium. Hasilnya adalah daun yang ditutup dengan kertas timah tetap pucat, sedangkan yang tidak ditutup berwarna biru kehitaman. Warna biru kehitaman menunjukkan bahwa di dalam daun tersebut mengandung amilum.
Pada tahun 1937 Hill berhasil membuktikan bahwa energi cahaya yang ditangkap oleh klorofil digunakan untuk memecah molekul H2O menjadi 2H+ dan ½ O2. Peristiwa pemecahan molekul air oleh energi cahaya ini dinamakan fotolisis. Peristiwa fotolisis hanya terjadi jika klorofil terkena cahaya, oleh karenanya reaksi ini juga dinamakan reaksi terang. Ion H+ yang dihasilkan pada reaksi terang ini selanjutnya ditangkap oleh suatu senyawa yang akan berperan dalam reaksi berikutnya dalam pembentukan glukosa dari CO2. Reaksi penangkapan CO2 dan pembentukan glukosa ini berlangsung tanpa memerlukan cahaya, sehingga reaksinya dinamakan reaksi gelap.

B.  Pentingnya fotosintesis bagi kehidupan
Fotosintesis berasal dari kata foton = cahaya dan sintesis = penyusunan. Fotosintesis adalah proses penyusunan zat organik (gula) dari zat anorganik (air dan
karbondioksida) dengan bantuan energi matahari dan klorofil. Dapat pula dikatakan, bahwa fotosintesis merupakan proses pengubahan energi foton menjadi energi kimia, yaitu dalam bentuk glukosa. Selama berlangsungnya fotosintesis tersebut sebanyak 6 mol CO2 akan bereaksi dengan H2O yang diserap dari dalam tanah membentuk 1 mol glukosa (C6H12O6) dan 6 mol O2 .  Secara ringkas reaksi fotosintesis dapat dituliskan sebagai berikut:

                                Cahaya
   6 CO2 + 6 H2O  _________    C6H12O6 + 6 O2
                    Klorofil     
Glukosa yang terbentuk tersebut sebagian diubah menjadi karbohidrat, lemak, protein, alkaloid, minyak atsiri dan beberapa senyawa lain yang kemudian tersimpan dalam akar, batang, daun maupun buah beserta biji. Energi kimia yang tersimpan dalam tubuh tumbuhan inilah yang kemudian digunakan sebagai sumber energi bagi makhluk hidup yang lain dan sekaligus sebagai cadangan energi di muka bumi. Menurut Taiz & Zeiger (1998), energi radiasi matahari yang tersimpan dalam bentuk glukosa pada fotosintesis adalah sebanyak 0,9 J/detik/m2, sedangkan untuk setiap mol glukosa (setara dengan 180 g glukosa) mampu menyimpan energi sebesar 2.872 kJ (Hopkins, 1995). Penghitungan secara cermat yang dilakukan oleh  Lieth dan Whittaker (1975), dalam setiap m2 luas permukaan daun mampu menghasilkan glukosa netto sebanyak 3.800 g/tahun di daerah tropis dan 1.500 g/tahun di padang rumput. Dapat dibayangkan, betapa banyak energi matahari yang dikonversi tumbuhan menjadi energi kimia seandainya sebagian besar daratan di permukaan bumi ini tertutup oleh vegetasi, karena matahari terus-menerus sepanjang masa memancarkan energi radiasinya ke permukaan bumi.
Hukum kekekalan energi menyatakan “Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan”, dengan demikian energi matahari yang tersimpan dalam senyawa kimia tidak akan pernah hilang selama senyawa tersebut tidak mengalami oksidasi atau pembakaran. Karbohidrat, lemak dan protein yang tersimpan dalam tubuh tumbuhan menjadi satu-satunya sumber energi bagi makhluk hidup lain termasuk manusia. Senyawa tersebut diubah menjadi energi gerak dan atau energi kimia yang lain melalui proses respirasi. Energi matahari yang diserap tumbuhan pada jutaan tahun yang lalu bahkan sampai sekarang masih tersimpan dengan ”aman” dalam bentuk batu bara serta minyak dan gas bumi. Energi kimia tersebut baru berubah menjadi energi gerak dan atau energi yang lain apabila telah dibakar untuk menjalankan mesin kendaraan atau industri yang ada pada saat ini. Sumber-sumber energi alternatif yang saat ini sedang dikembangkan, seperti biogas, bioetanol dan biosolar semuanya berawal dari energi matahari yang dikonversi oleh tumbuhan menjadi energi kimia. Bahan makanan manusia baik yang berasal dari tumbuhan maupun hewan (padi, jagung, gandum, tempe, tahu, telur, daging, ikan, buah-buahan, sayuran dan dan hampir semua kebutuhan manusia) semuanya juga berawal dari energi matahari yang dikonversi oleh tumbuhan melalui fotosintesis. Senyawa kimia produk fotosintesis juga digunakan manusia sebagai bahan sandang, perumahan, industri dan bahan obat-obatan. Dengan demikian, selama matahari masih menyinari bumi dan tumbuhan masih menutupi sebagian besar permukaannya, manusia tidak perlu khawatir akan kehabisan energi.
Beberapa dekade terakhir ini para ahli dan pemerhati lingkungan dari berbagai negara terfokus pada isu pemanasan global yang dianggap akan berdampak buruk terhadap kelangsungan hidup manusia di planet bumi. Salah satu penyumbang terbesar penyebab terjadinya pemanasan global tersebut adalah meningkatnya konsentrasi CO2 di atmosfer sebagai akibat tingginya tingkat pembakaran  senyawa hidrokarbon dan berkurangnya vegetasi.  Menurut  Pearcy et al. (1987), konsentrasi CO2 atmosfer bumi setiap tahun rata-rata naik sebanyak 0,38%., dan ada kecenderungan meningkat karena meningkatnya pembakaran hidrokarbon dan berkurangnya vegetasi.
Setiap makhluk hidup multi seluler memerlukan oksigen (O2) untuk respirasi; tanpa oksigen energi kimia di dalam setiap sel tidak dapat dibongkar  dan menyebabkan terhentinya metabolisme. Pembakaran senyawa hidrokarbon seperti minyak, kayu, batu bara dan lain-lain juga memerlukan oksigen sebagai oksidatornya. Meskipun O2 beperan sangat penting bagi semua makhluk hidup, tetapi konsentrasinya cenderung mengalami penurunan. Pengukuran yang dilakukan di berbagai belahan dunia menunjukkan adanya penuruan konsentrasi O2 di atmosfer bumi rata-rata 0,12 % per tahun (Boyer, 1982).
Pada proses fotosintesis, selain terjadi konversi energi matahari menjadi energi kimia dalam bentuk glukosa, tumbuhan juga menyerap CO2  sebagai bahan dasar dan mengeluarkan O2 sebagai produknya (lihat reaksi fotosintesis di atas). Dalam setiap reaksi fotosintesis, tumbuhan akan menyerap 6 mol CO2 (setara dengan 266 g CO2) dan menghasilkan 6 mol O2 (setara dengan 192 g O2) (Taiz & Zeiger, 1998). Oksigen yang dihasilkan tersebut sebagian digunakan lagi untuk respirasi, demikian juga karbon dioksida yang diserap sebagian akan dikeluarkan lagi dalam proses respirasi. Namun demikian, total laju fotosintesis selalu lebih tinggi dari pada laju respirasi. Selisih antara produk fotosintesis dengan produk yang hilang pada proses respirasi tersebut dinamakan net primary productivity (NPP) (Hopkins, 1995). Kalau rata-rata NPP glukosa tumbuhan tropis sebesar 3.800 g/m2/tahun (Lieth dan Whittaker, 1975), maka setiap m2 luas permukaan daun akan mengurangi kadar CO2 bumi sebesar 5.573,33 g dan menambah kadar O2 sebesar 2.026,66 g per tahun. Dapat kita perkirakan betapa besar pengurangan konsentrasi CO2 dan penambahan O2 apabila sebagian besar permukaan bumi, terutama di daerah tropis sampai sub tropis tertutup oleh pepohonan.

C.Proses fotosintesis                  
Pada sel eukariotik semua proses fotosintesis belangsung di dalam kloroplas,   yaitu organel sel tumbuhan yang mengandung klorofil (pigmen penangkap energi cahaya). Dengan demikian tumbuhan yang dapat melakukan fotosintesis hanyalah tumbuhan yang berklorofil. Organ-organ tumbuhan yang mempunyai klorofil seperti batang, bunga dan buah juga dapat melakukan fotosintesis, namun demikian proses fotosintesis sebagian besar terjadi di daun. Daun pada tumbuhan telah terprogram secara genetik sedemikian rupa sehingga sangat efektif untuk berlangsungnya proses fotosintesis.
Perhatikan jaringan daun yang memperlihatkan sel-sel fotosintetik       (Gambar. 1). Sel-sel pada lapisan yang paling atas adalah sel-sel epidermis; sel-sel ini tipis dan pipih, sehingga cahaya dengan mudah mencapai sel-sel dibawahnya, yang merupakan jaringan maupun sel-sel fotosintetik. Sel-sel yang langsung berada di bawah sel-sel epidermis adalah sel-sel jaringan palisade yang merupakan jaringan fotosintetik karena mengandung kloroplas. Pada daun-daun yang tidak mempunyai jaringan palisade fotosintesis berlangsung di dalam jaringan bunga karang, yaitu jaringan longgar yang terdapat di bawah palisade atau langsung di bawah epidermis pada daun yang tidak mempunyai palisade. Struktur jaringan bunga karang yang longgar ini mempermudah aliran gas, misalnya oksigen yang dihasilkan pada proses fotosintesis yang pada akhirnya akan keluar melalui lubang stomata; dan karbondioksida yang telah digunakan juga dengan mudah diganti oleh karbondioksida dari luar yang masuk melalui lubang stomata yang terletak di lapisan epidermis. Sel-sel penutup stoma yang mengelilingi lubang stoma juga merupakan sel fotosintetik. Sel penutup stoma ini mengatur terbuka dan tertutupnya lubang stoma. Pada waktu lubang stoma terbuka, gas-gas seperti karbondioksida, oksigen, dan uap air akan keluar masuk dengan lancar. Sebaliknya jika lubang stoma tertutup, maka keluar masuknya gas-gas itu terhenti.
            

Gambar 1.1.  Irisan melintang daun, menunjukkan jaringan dan sel-sel penyusun daun.

Reaksi kimia fotosintesis secara keseluruhan sebagaimana yang telah dikemukakan di atas`terlihat sangat sederhana. Apakah sesederhana itu reaksi kimia fotosintesis? Sebenarnya reaksi kimia fotosintesis yang ditulis seperti itu hanyalah karena penyederhanaan, karena reaksi berlangsung pada beberapa tahap yang kemudian dapat dikelompokkan ke dalam reaksi terang dan reaksi gelap. Kedua reaksi tersebut berlangsung di dalam kloroplas; reaksi terang terjadi pada membran tilakoid, sedangkan reaksi gelap di dalam stroma. Semua enzim yang digunakan untuk berlangsungnya proses fotosintesis dibuat sendiri oleh kloroplas, karena kloroplas mempunyai kelengkapan untuk membuat protein sendiri. Kelengkapan untuk sintesis protein tersebut adalah: DNA (deoxyribonuleic acid) sebagai materi genetik, stroma (sitoplasma) sebagai tempat untuk berlangsungnya reaksi,  dan ribosom sebagai tempat (pabrik)  pembuatan protein. Meskipun kloroplas mampu membuat protein sendiri dan tidak tergantung pada DNA inti, tetapi bahan-bahan untuk pembuatannya seperti gula, fosfat dan basa nitrogen (sebagai penyusun nukleotida) serta asam amino (sebagai penyusun protein) tetap didatangkan dari  sitoplasma sel induk (Albert et al., 1995). Bahan-bahan tersebut secara selektif masuk ke dalam kloroplas setelah melewati 2 lapis membran (lihat Gambar 1.2.).

Gambar 1. 2. Struktur tiga dimensi kloroplas, menunjukkan kedudukan membran luar, membran dalam, stroma, tylakoid dan granum.

1.      Reaksi terang
            Rangkaian reaksi terang berlangsung terlebih dahulu dibanding rangkaian reaksi gelap. Reaksi-reaksi terang maupun reaksi-reaksi gelap tersebut sebenarnya tidak bersangkut paut dengan siang hari yang terang dan malam hari yang gelap. Dalam hal ini reaksi-reaksi terang tidak diartikan sebagai yang berlangsung pada siang hari; dan reaksi-reaksi gelap tidak diartikan sebagai yang berlangsung pada malam hari. Reaksi terang adalah yang kejadiannya membutuhkan cahaya sedangkan reaksi gelap adalah reaksi yang tidak membutuhkan cahaya.
            Reaksi terang berlangsung di dalam membran tylakoid dan dimulai ketika klorofil menyerap energi cahaya (foton). Adanya energi foton ini menyebabkan elektron dari klorofil tereksitasi (terlepas`dari orbit semula dan berpindah ke orbit yang lebih luar) sambil melepaskan energi. Energi yang dilepaskan oleh elektron dari setiap molekul klorofil ini kemudian diterima oleh antena dan selanjutnya berjalan secara resonansi menuju pusat reaksi. Akibatnya, dalam waktu yang sangat singkat energi yang terkumpul di dalam pusat reaksi cukup besar dan mampu digunakan untuk memecah molekul H2O menjadi 2H+dan ½ O2 sambil melepaskan elektron. Elektron yang dilepaskan oleh molekul air ini akan digunakan untuk menstabilkan elektron klorofil (yang sebelumnya tidak stabil, karena adanya eksitasi). Sementara itu, ion H+ akan ditangkap oleh NADP (nicotine adenine dinukleotida phosphate), untuk membentuk NADPH. Senyawa inilah yang nantinya akan berperan penting dalam pembentukan glukosa.
Berbeda dengan atom Hidrogen, atom Oksigen yang dihasilkan dari pemecahan molekul air tidak lagi terlibat dalam reaksi selanjutnya dalam proses fotosintesis. Jadi O2 yang dihasilkan dari reaksi fotosintesis berasal dari pemecahan molekul H2O yang terjadi pada saat fotolisis (lihat reaksi fotosintesis di uraian sebelumnya).
Gambar 1.3. Transfer elektron dan energi pada proses fotolisis

            Di atas telah dikemukakan, bahwa semua reaksi terang pada proses fotosintesis berlangsung pada membran tylakoid. Tempat berlangsungnya reaksi terang pada membran tylakoid tersebut dinamakan fotosistem. Setiap kali proses fotosintesis berlangsung melibatkan 2 fotosistem, yaitu fotosistem II (disingkat PS II) dan fotosistem I (disingkat PS I). Setiap fotosistem merupakan kompleks dari klorofil dengan antena sebagai pusatnya, dan beberapa enzim yang mengkatalisis reaksi tersebut. Molekul protein yang terdapat pada PS II dinamakan P680, karena sangat efektif menyerap cahaya dengan panjang gelombang 680 nm (nano meter), sedangkan molekul klorofil yang berada di pusat reaksi PS I dinamakan PS 700, karena sangat efektif menyerap cahaya dengan panjang gelombang 700 nm. Proses reaksi terang dimulai dari PS II kemudian dilanjutkan ke PS I.
Aliran elektron pada PS II bersifat non siklis, sedangkan pada PS I bersifat siklis dan nonsiklis. Elektron yang terlepas dari P 680 ditangkap oleh penerima elektron dan dipindahkan secara berantai melalui protein penerima elektron: platoquinon (pq), kompleks sitokrom  dan plastosianin (pc). Energi yang terlepas ketika elektron berpindah dari satu penerima ke penerima yang lain selanjutnya di dalam kompleks sitokrom digunakan untuk membentuk ATP (adenosine 5’ triphosphate) dari ADP (adenosine 5’ diphosphate). Penerima elektron terakhir dari aliran pada PS II ini adalah klorofil pada PS I (P700). Jadi elektron yang berasal dari PS II ini bersifat non siklis, artinya elektron yang terlepas tidak kembali pada tempatnya semula (Gambar 3.). Pada`saat yang bersamaan P700 juga menyerap foton dan elektron pada klorofilnya tereksitasi sambil melepaskan energi, sama seperti yang terjadi pada PS II ketika menyerap foton. Elektron pada PS I ini sebagian ditangkap oleh protein penerima feredoksin (fd)  untuk mereduksi NADP+ menjadi NADPH (aliran nonsiklis), dan sebagian lagi akan ditangkap oleh sitokrom dari PS II untuk membentuk ATP, lalu diterima oleh plastosianin dan selanjutnya kembali ke P700 (aliran siklis).
2.      Reaksi Gelap
Rangkaian reaksi gelap yang berlangsung di dalam stroma merupakan proses pembentukan glukosa dari CO2 yang dinamakan siklus Calvin (orang yang menemukan proses tersebut).
CO2 yang masuk ke dalam daun melalui stomata (setelah terlebih dahulu menembus membran sel dan membran kloroplas) akan diikat oleh ribulosa1,5-bifosfat (RuBP) membentuk 2 molekul 3-fosfo gliserat (PGA) dan dikatalisis oleh enzim ribulosa 1,5 bifosfat karboksilase (RuBisCo). Dalam setiap kali siklus 3 molekul CO2 akan diikat oleh 3 molekul RuBP dan menghasilkan 6 molekul PGA.
Setiap molekul PGA yang terbentuk akan mengalami fosforilasi (mengkikat fosfat dari ATP, sehingga ATP berubah menjadi ADP) yang dikatalisis oleh enzim fosfogliserat kinase dan membentuk 1,3-bifosfo gliserat. Senyawa ini selanjutnya akan diubah menjadi gliseraldehid 3-fosfat(G3P) setelah menerima elektron dari NADPH. ATP dan NADPH yang digunakan dalam reaksi ini berasal dari reaksi terang yang terjadi di dalam membran tylakoid seperti sudah dibahas sebelumnya. Dalam setiap siklus, G3P yang terbentuk adalah sebanyak 6 molekul. Sebanyak 5 molekul akan mengalami fosforilasi lagi untuk membentuk RuBP yang kemudian akan melanjutkan siklus, sedangkan 1 molekul G3P yang tersisa akan digunakan untuk membentuk glukosa dan senyawa-senyawa yang lain.

Ketika Cinta Harus Memilis

Diposting oleh Unknown di 4/09/2013 06:50:00 AM 0 komentar



Bismillahirrahmanirrahim..Ketika kita dihadapkan pada dua pilihan,
Maka kesetiaan yang akan diuji.
Butuh iman yang kuat untuk mempertahankannya
apalagi ketika dua pilihan itu sama baiknya….

Disini kita akan mengerti arti dari mempertahankan
karena sungguh memertahankan lebih sulit dari pada mendapatkan…

Namun ketika keinginan tak seperti yang kita harapkan,kita harus terus bersabar dan ikhlas…
Tidak semua yang kita inginkan bisa tercapai.

ALLAH tahu apa yang kita butuhkan

Ya Rabb…
Ketika cinta harus memilih,
Pilihkan aku pada orang yang melabuhkan cintanya kepada_Mu.
Yang mencintai Rasul utusan_Mu.
Yang berpedoman pada Kitab_Mu.
Agar semakin bertambah kecintaanku Kepada_Mu ya Rabb..

Ya Rabb…
Ketika cinta harus memilih,
Izinkan aku untuk mengabdi kepada seseorang yang Kau takdirkan untuk ku dan
Hanya ku berikan cinta ini untukmu Wahai Calon Imam ku,
Kuselipkan setiap bait doa untukmu dalam istiqarah cintaku.
Allah yang akan mempertemukan kita.
Sungguh aku hanya ingin mencintaimu kerana ALLAH ..
Aamiin...
 

Ivadhatulrisma's blog